RSS
Selamat datang di blog PMII Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Perjuangan adalah melaksanakan kata-kata. Maka, sekali bendera dikibarkan, hentikan ratapan dan tangisan. Mundur satu langkah adalah pengkhianatan...
ads

Re-Eksistensi Mahasiswa ; Mendobrak Antagonisme Gerakan dan diabolisme Pemikiran

3/17/09

Oleh : Bahauddin

Jauh sebelum oknum mahasiswa jurusan Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung ‘menggagas’ “Dzikir Anjing-hu Akbar dan Area Bebas Tuhan-nya”, Michael Buckley telah memjawab problem intelektualisme modern dalam bukunya At the Origins of Modern Atheism (1987). Ia membahasnya secara analitis, serius dan komprehensif. (James E Force memuji buku ini sebagai “big, bold (and) highly readable book”). Tentunya sebagai kaum intelektual, mahasiswa tidak asal-asalan, sembrono alias tanpa konsep ketika menggulirkan “ide gila”-nya itu. Bahkan jika ditanyakan validitas argumentasinya, mereka dengan fasih akan menjawabnya. Tetapi, di sinilah titik permasalahnnya.


Abstraksi di atas secara tidak langsung telah menyuguhkan satu pemahaman baru bagi kita, bahwa antara pola pikir dengan alur langkah, sejatinya ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Saling terkait-kelindan. Dalam perspektif psikologi, perilaku seseorang biasanya dimotori oleh pola pikir yang menyertainya. Gerakan antagonisme-anarkhisme mahasiswa belakangan ini, juga termasuk dalam kategori ini. Terdapat mindsett yang kemudian membentuk narasi besar dan mendasari segala bentuk insiden yang terjadi di kalangan mahasiswa.

Sederhananya, fakta “pengusiran Tuhan” di atas bukan tanpa preseden. Dominasi kesadaran Barat melalui mega proyek westernisme dan orientalisme telah memunculkan perubahan tatanan dalam masyarakat di belahan dunia Timur yang cenderung terpola dalam bentuk dominasi baru, yakni kesadaran kognitif Barat. Pada awalnya, westernisasi ditebarkan melalui kolonialisme dan imperialisme fisik. Setelah gejala tersebut berakhir, fenomena westernisasi ditebarkan dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan. Kenyataan ini ditunjukkan dengan masih bercokolnya sikap superioritas Barat atas Timur. Hal ini, menurut Edward Said (1979: 262), terjadi karena Barat menggulirkan ego suprematif kulturalnya melalui gerakan orientalisme yang dibungkus dengan kedok-kedok ilmiah.

Di Barat, sebagaimana dituturkan Hamid Fahmi Zarkasyi, diskursus tentang Tuhan memang marak dan terkadang mirip guyonan. Presedennya karena teologi bukan bagian dari thawabit (permanen) tapi mutaghayyiat (berubah). Layaknya wacana furu' dalam fiqih. Ijtihad tentang Tuhan terbuka lebar untuk semua orang. Siapa saja boleh bertanya apa saja. Akibatnya, para teolog kuwalahan. Pertanyaan-pertanyaan rasional dan protes-protes teologis gagal dijawab. Teolog lalu digeser oleh doktrin Sola Scriptura. Kitab suci bisa difahami tanpa otoritas teolog. Sosiolog, psikolog, sejarawan, filosof, saintis dan bahkan orang awam pun berhak bicara tentang Tuhan.

Wacana tentang God-man & God-world relation di abad pertengahan kini sudah tidak relevan lagi. Humanisme telah mendominasi dan menyingkirkan theisme. Akibatnya, teologi tanpa metafisika, agama tanpa spiritualitas atau bahkan religion without god. Teologi (theos dan logos) secara etimologis tidak lagi memiliki akar ketuhanan. Istilah teologi pembebasan, teologi emansipasi, dsb. tidak lagi berurusan dengan Tuhan. Agama bagi postmodernisme tidak lebih dari sebuah narasi besar (grand narrative) yang dapat diotak-atik oleh retorika bahasa dan permainan semantik. Makna realitas tergantung kepada kekuatan dan kreatifitas imaginasi dan fantasi. Feeling is everything, kata Goethe.

Tapi ateisme modern bukan mengkufuri Tuhan, melainkan Tuhan para teolog dan tuhan agama-agama. Yang problematik, kata Voltaire bukan Tuhan tapi doktrin-doktrin tentang Tuhan. Tuhan Yahudi dan Kristen, kata Newton problematik karena itu ia ditolak sains. Bahkan bagi Hegel, Tuhan Yahudi itu tiran dan Tuhan Kristen itu barbar dan lalim. Tuhan, akhirnya harus dibunuh. Nietzche pada tahun 1882 mendeklarasikan bahwa Tuhan sudah mati. Tapi ia tidak sendiri. Bahkan bagi Feuerbach, Karl Marx, Charles Darwin, Sigmund Freud, jika Tuhan belum mati, tugas manusia rasional untuk membunuhNya. Di sinilah diabolisme pemkiran itu tumbuh subur.

Maka ketika kita tiba-tiba mendengar mahasiswa Muslim "mengusir" Tuhan dari kampusnya dan membuat plesetan tentang Allah gaya-gaya filosof Barat, ruang kesadaran kognitif mereka secara tidak sadar telah terkooptasi dalam hegemoni mainstream Barat yang sekuler-atheis. Implikasinya sangat logis. Seperti disebutkan di atas, konstruksi pola pikir yang demikian sebenarnya menuntut kebebasan mutlak. Maka segala cara apapun boleh dilakukan asalkan dianggap sesuai dengan akal dan keinginan mererka. Dan, peristiwa yang terjadi pada Jumat, 27 September 2004 itu sejatinya telah membuka kesadaran kita tentang problematika epistemologis di tubuh mahasiswa era modern ini. Tren pemikiran nyeleneh seolah menjadi produk wajib bagi mereka yang masuk dalam dataran disbeliever dan unbeliever. Pemikiran bukan untuk pengetahuan dan didakwahkan, tetapi untuk kepentingan (ideology) tertentu.

Segala fenomena ini disebabkan oleh adanya de-eksistensi dan dis-orientasi nalar dan narasi gerakan mahasiswa yang belakangan ini kian memiriskan nurani, menyentak-nyentak hati ; bahwa gerakan mereka cenderung antagonis dan pemikirannya kerap diabolis. Eksistensi mereka penuh ambivalensi, terjerat virus pragmatisme dan kapitalisme tanpa batas. Maka, slogan terkenal bahwa mahasiswa adalah agent of change dan agent of social control sepertinya perlu ditinjau ulang.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

HMJ PBA Sunan Ampel said...

Mahasiswa sejatinya harus sadar diri dan sadar posisi serta orientasi...

Post a Comment

Silahkan menuliskan komentar anda pada opsi Google/Blogger untuk anda yang memiliki akun Google/Blogger.

Silahkan pilih account yang sesuai dengan blog/website anda (LiveJournal, WordPress, TypePad, AIM).

Pada opsi OpenID silahkan masukkan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia.

Atau anda bisa memilih opsi Nama/URL, lalu tulis nama anda dan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia. Jika anda tidak punya blog/website, kolom URL boleh dikosongi.

Gunakan opsi 'Anonim' jika anda tidak ingin mempublikasikan data anda. (sangat tidak disarankan)